Aku
baru sadar kalau hidup kita memiliki fase masing-masing. Seperti apa yang
dikatakan orang kalau bumi itu berputar, begitu pula dengan kehidupan, kadang
kita di bawah kadang kita di atas.
Aku
sedang mempelajari beberapa fase dari kehidupan orang lain dari seorang kakak,
fase itu kadang mengecewakan dan kadang membanggakan.
Teringat
perbincangan manis ninda dan marsita di kediaman kami waktu itu. Entah kenapa
perbicaraan itu bisa muncul.
“di
tahun pertama aku bekawan same mia, tahun ke dua tambah wardah, tahun ke tige
same jangkrik, eh sekarang ne kitak be tige lah (aku, marsita dan nyeh)” itu
kata ninda
Begitu
juga dengan marsita dan aku. Yang ku ingat di fase pertama aku bersama teman
akrabku si Yayan Febrianti, kami tak terpisahkan, mulai naik ke fase berikutnya yayan
mulai susah di ajak jalan dan aku punya teman baru wardah dan ca’i. (yayan tak bersamaku
lagi dia beserta kembarannya si erfina) setelah itu di fase berikutnya aku
bertemu dengan jangkrik beserta ninda, lalu tinggal segini lah aku.
Tahap
kehidupan itu unik, tidak ada yang tahu akan dengan siapa kita di fase
berikutnya, tetap diingat atau dilupakan. Aku berusaha menjalani faseku tanpa
perlu melupakan fase sebelumnya, hingga aku sangat tersentuh dengan fase
seorang kakak yang begitu aku kagumi kekuatannya.
Dia
bilang dia akan meninggalkan kami secara perlahan, agar tidak ada yang merasa
tersakiti, benar saja, pelan tapi pasti dia menjauhi kami. Tapi sudahkah dia di
lupakan? Tidak, aku masih mengingat betapa kuatnya beliau di masanya, dan itu
juga menjadi salah satu penyebab kuatnya aku.
Hingga
di pesan terakhirnya malam itu “ndak banyak orang yang masih bisa liat
keberadaan kakak, sekarang kayak eni. tapi itu cukup membuat kakak berdiri tegak kok.”.
kakakku mulai melewati satu fase dalam hidupnya, melupakan dan dilupakan,
menyingkirkan dan mulai tersingkirkan dari ingatan orang lain.
Aku????
Saat aku nanti tidak
dikenal lagi, masih kah kau mengingatku ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar