Hari ini aku sadar, betapa BERUNTUNGNYA aku. aku sadar bahwa aku dikelilingi oleh teman-teman yang luar biasa. kalian keren,,,, kalian hebat,,, dengan porsi masing-masing,,, aku cinta kalian....
Jangkrikku keluarlah, sebentar lagi musim panas, munculkan potensimu yang luar biasa itu. keluarkan suaramu biar semua bisa mendengarkan dan segera menoleh ke arahmu ^_^
Senin, 17 Desember 2012
Fase KEHIDUPAN
Aku
baru sadar kalau hidup kita memiliki fase masing-masing. Seperti apa yang
dikatakan orang kalau bumi itu berputar, begitu pula dengan kehidupan, kadang
kita di bawah kadang kita di atas.
Aku
sedang mempelajari beberapa fase dari kehidupan orang lain dari seorang kakak,
fase itu kadang mengecewakan dan kadang membanggakan.
Teringat
perbincangan manis ninda dan marsita di kediaman kami waktu itu. Entah kenapa
perbicaraan itu bisa muncul.
“di
tahun pertama aku bekawan same mia, tahun ke dua tambah wardah, tahun ke tige
same jangkrik, eh sekarang ne kitak be tige lah (aku, marsita dan nyeh)” itu
kata ninda
Begitu
juga dengan marsita dan aku. Yang ku ingat di fase pertama aku bersama teman
akrabku si Yayan Febrianti, kami tak terpisahkan, mulai naik ke fase berikutnya yayan
mulai susah di ajak jalan dan aku punya teman baru wardah dan ca’i. (yayan tak bersamaku
lagi dia beserta kembarannya si erfina) setelah itu di fase berikutnya aku
bertemu dengan jangkrik beserta ninda, lalu tinggal segini lah aku.
Tahap
kehidupan itu unik, tidak ada yang tahu akan dengan siapa kita di fase
berikutnya, tetap diingat atau dilupakan. Aku berusaha menjalani faseku tanpa
perlu melupakan fase sebelumnya, hingga aku sangat tersentuh dengan fase
seorang kakak yang begitu aku kagumi kekuatannya.
Dia
bilang dia akan meninggalkan kami secara perlahan, agar tidak ada yang merasa
tersakiti, benar saja, pelan tapi pasti dia menjauhi kami. Tapi sudahkah dia di
lupakan? Tidak, aku masih mengingat betapa kuatnya beliau di masanya, dan itu
juga menjadi salah satu penyebab kuatnya aku.
Hingga
di pesan terakhirnya malam itu “ndak banyak orang yang masih bisa liat
keberadaan kakak, sekarang kayak eni. tapi itu cukup membuat kakak berdiri tegak kok.”.
kakakku mulai melewati satu fase dalam hidupnya, melupakan dan dilupakan,
menyingkirkan dan mulai tersingkirkan dari ingatan orang lain.
Aku????
Saat aku nanti tidak
dikenal lagi, masih kah kau mengingatku ?
Jumat, 14 Desember 2012
Surga Kecil Jatuh Ke Bumi “PAPUA”
-->
Tanah papua
tanah yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi. Lirik lagu dari Edo Kondologi ini
sudah lebih dari cukup untuk menggambarkan betapa Indahnya tanah PAPUA. Pegunungan
yang menghampar hijau, pantai yang biru dan hamparan tanah yang luas dengan
pemandangan yang menakjubkan berkumpul menjadi satu di sini. Tak habis kata
untuk mengungkapkan rasa cinta kepada daratan paliang timur Indonesia yang
begitu kaya dengan kendahan di setiap sudutnya.
Aku sangat beruntung
bisa menginjakan kaki di tanah suku asmat ini, berkutat langsung dalam
kehidupan warga dan bertemu dengan pandu dari seluruh pelosok Indonesia. Siapa bilang
PAPUA rusuh? Mereka baik hati dan perhatian. Kalian harus merasakannya sendiri
untuk tahu tentang itu semua.
Bumi perkemahan
Cendrawasih mempertemukan kami, meluluhkan hatiku, menambah kebanggaanku menjadi
anak Indonesia, kami kaya, kami luar biasa, kami adalah orang yang akan merawat
dan menikmati tanah kami sendiri.
Kota Jaya Pura,
8 – 15 Oktober 2012 momen indah dari cuilan memory dalam otakku. Hanya beberapa
hari aku di sana, sudah cukup membuatku untuk mengagumi keindahan PAPUA. Gubernur
mereka mengatakan Papua adalah Hongkongnya Indonesia di malam hari, dari pusat
kota kita bisa melihat tower bertuliskan KOTA JAYA PURA percis seperti yang ada
di Hollywod dengan cahaya berwarna merah menyala. Dari bukit kita bisa melihat
hamparan bintang berada di bawah kita, indah, luar biasa indah. Aku tak perhan
berhenti mengagumi bintang dan hamparan cahaya lampu kota Jaya Pura.
Pantai dengan
air yang berwarna biru dengan hamparan pasir putih dan bebatuan karang di
tepinya yang berbatasan langsung dengan pasir dan hijaunya hutan membuat mata
menjadi sejuk. Tempat yang sempurna untuk melepas penat.
Kalian tahu suku
asmat? Tahu Koteka? Atau rambut kuncir hitam mereka? Mereka PAPUA dan aku bisa
bertatap muka langsung dengan mereka, mendengarkan mereka berbicara dalam bahasa
adat mereka. Melihat mereka dengan pakaian khas mereka sambil membawa tifa dan
melantunkan nyayian secara beramai-ramai sangat terdengar asik dan membuat
semua orang yang mendengarkan ikut bergoyang.
Aku dan
teman-teman tak luput dari kemeriahan tarian yaspar mereka. Tarian yang
sederhana hingga semua bisa mengikutinya. Unik, melingkar, berpasangan, tepuk
tangan, bermain ulanr tangga, itu semua campur aduk dalam tarian malam itu.
Ingatan ini akan
selalu melekat di kepalaku, hingga aku bisa menceritakan semua pada anak cucu. Agar
mereka tahu tentang betapa kaya Negrinya, agar mereka memiliki alasan yang
sangat kuat untuk bangga menjadi Indonesia ^_^
Selasa, 11 Desember 2012
KOREK ^_^
-->
(korek_ angkatan 11 _ 2008 _manja)
Waktu itu hujan
rintik-rintik, aku berteduh dibawah atapnya (ha ha ha kayak lagu jadul ye?).
Tapi memang cerita ini akan dimulai pada saat hujan rintik-rintik di pagi yang
benar-benar pagi. Angin pantai berhembus meniup lembut pipi yang basah kuyup
kena tetesan air yang jatuh dari langit. Malam itu malam keramat di bulan
desember.
“bangun-bangun”
suara kakak-kakak dengan tampang sangar membahana membangunkan aku dan tiga
orang teman yang kala itu tidur di satu atap biru denganku. Mataku ku kucek
–kucek, lantai masih basah sama persis dengan saat aku beranjak tidur tadi. Aku
melihat jam tanganku yang bercahaya dikala malam “em masih jam 12 lewat”
gumamku dalam hati. Tapi apa boleh dibuat kuturuti saja apa mau para pendekar
berwajah sangar itu.
“ambil lilinnye dengan korek apinye, kumpulkan
sekalian” tambah mereka memastikan kami benar-benar terjaga.
Batang kelapa
yang tinggi menjulang pun melambaikan tangannye sambil bilang “hati-hati di
jalan ye”. Bisa bayangkan betapa heningya malam itu. Hanya suara rintik hujan
dan suara degupan jantung yang terdengar di telinga, kaki gemetar dengan tangan
kepanasan terkena lelehan lilin yang tak ingin bersahabat menerangi jalan.
“Di depan sana
kalian akan bertemu dengan pos-pos yang ada panitiannya” selalu aku ingat pesan
itu di telingaku, “pasti ada panitia jangan takut” suara hatiku menguatkan
langkah kaki. Benar saja, setumpuk bayangan hitam kelihatan dari kejauhan
mengerlipkan cahaya sentar.
Kalian harus,
wajib, kudu, mesti tahu malam itu pertama kalinya aku menginjakan kakiku di
kuburan orang yang sama sekali tidak aku kenal, bukan hanya satu tapi puluhan.
Namanya pemakaman muslim pantai gosong. Memang gila aku berani dan dipaksa
berani ngubek-ngubek pemakaman cuma buat nyari kain ungu yang diselipkan di
kuburang yang baru digali tadi pagi. GILA >_<
Itu pengantar
dari cerita intinya kawan. Intinya aku akan menceritakan kelahiran aku beserta
namaku di keluargaku yang luar biasa ini. Kalian udah dapet suasana angker yang
aku rasakan dipagi itu?. Udah pastinya, semua angkatan sebelumku juga pernah
merasakan suasana romantis itu.
Semua anak yang
terlahir di keluarga ini memiliki nama panggilan yang sangat luar biasa manis,
mereka menyebutnya panggilan kesayangan. Nama-nama itu tercipta karena kejadian
aneh yang mereka ciptakan, keceplosan kata aneh dari mulut mungil kami, atau
lagi isengnya panitia aja.
Area makam yang
ramai itu berhasil aku lalui dan kain keramat itu juga berhasil aku dapatkan.
Saatnya perjalanan menuju pos terakhir, tanah lapang dari tempat aku berdiri
sudah terdengan suara deburan air, angin yang membelai pipi juga agak sedikit
berbeda ditemani belaian air hujan disekujur badan.
Langkah ku
perlambat, lilin bergoyang tanpa henti, seniorku bilang di lapangan ini banyak
kejadian yang tak perlu aku ceritakan. Sujut sukur, akhirnya sampai juga ke
peraduan terakhir ups salah tempat pengaduan nasib terakhir. Ini pos lima kawan
banyak yang sudah menanti di sini. “nama kamu siapa?” tanya seorang senior
padaku “eni kak” jawabku cepat sambil bibir bergetar. “nama lapangan?” “belum
ade kak” “mulai sekarang nama kau lembut jak, tapi manggelnye mbut, paham?”
paham kak.
Sambil ditanyai
macam macam aku yang sudah mendapatkan nama lembut yang konon katanya
diberikan kepadaku karena suaraku yang
lembut (belum tahu die) oleh kak gepeng menghangatkan diri dengan meniupkan
kedua tangan ke arah mulut. Dan tiba-tiba seorang senior perempuan, emak dari
semua emak, yang paling aku takuti menyergahku “kau ngape? Ngorek idong ke,
sempat sempatnye lagi ditanya me senior ngorek idong” sepertinya sambil melotot
tapi aku tak bisa melihat wajah beliou karena gelap. “ndak kak, sejuk” jawabku
sigap. “udah, ubah jak name kau nie bagos benar gak lembut, sekarang name kau KOREK”.
Gledarrrrrr,,,,,, diiringi sura petir di ujung langit sana, seperti kutukan
malin kundang panggilan kesayanganku aku dapatkan dan kekal abadi sampai
kapanpun mereka menjumpaiku.
TAMAT
Buat yang terkasih teman-teman satu
perjuangan Diksar 25-29 Desember 2008. Iin (rewel), Ita (lulop), Yumi (ribot),
Yani (lembek), Emi (sengot), Daresanti (sepat), Sya sar (boncel), Memet (lekar)
dan hamdi (Gelap) terimakasih kenangannya dan buat para senior yang sangat LUAR
BIASA ( I LOVE YOU )
Langganan:
Postingan (Atom)
Selintas
kadang kata-kata tak bisa mengungkap segalannya,,,,
namun lewat tulisan kadang orang bisa salah faham,,,
hem,,,,, mau menjadi diri yang berbeda juga bisa lewat tulisan ^_^
Berubah
Hujan

hujan Dibawah cahaya MAtahari