Berharap bisa membekukan waktu agar suatu saat jika rindu itu menggemuruh, bisa dengan mudah waktu itu ku cairkan kembali. Aku sedang tak perduli sebengkak apa mata ini akan menunjukan dukanya, aku takperduli dengan isak yang kutahan perih aku hanya sedang ingin menangis melupakan semua yang terpendam, menumpahkan semua memori yang pernah dijalani, riang sedih, canda, tawa, tangis, gila, marah, semua perasaan yang telah berlalu.
Hanya satu masa ini yang membuat aku begitu merinding, membuat aku ingin menghapuskan semua rasa sedih yang ada di dunia, aku ditinggalkan LAGI. Aku tahu suatu saat masa ini akan datang, tapi aku tak ingin waktu itu bergulir secepat ini,,, ku belum siap untuk dilepas sendiri, aku belum melakukan apa yang harus aku lakukan dulu....
aku butuh pantai untuk teriak, menghilangkan semua penat, menghilangkan semua duka,,,,,, aku sedang sedih. Jika ini berlebihan tolong jangan tinggalkan aku lagi.
Untuk seorang kakak, seorang bintang, seorang penyemangat, seorang pecinta,,,, yang sangat aku cinta,,,,,,,,, aku butuh penyemangat kakak,,,,
Kisah
cinta paling romantis yang bisa kita tulis adalah kisah cinta dari orang tua
kita sendiri. kisah cinta yang pastinya banyak melalui lika-liku, ujian, cobaan
dan pastinya jauh berbeda dengan kisah cinta khas anak muda zaman sekarang yang
banyak kita saksikan dilayar televisi saat ini.
Jodoh
itu ada di tangan manusia, Tuhan hanya memberikan jalan dan petunjuk untuk
mendapatkannya. Lelaki baik untuk wanita yang baik dan begitu juga sebaliknya.
Sesuai dengan sejauh mana usaha kita sebagai manusia dalam mencari jodoh itu
sendiri. Saat kita malas maka akan dipasangkan dengan orang yang sesuai untuk
orang malas, jika kita layak menjadi seorang presiden maka kita akan
dipasangkan dengan orang yang memang layak untuk menjadi pendamping presiden.
Begitu
juga dengan jalan cinta kedua orang tuaku. Ibuku saat ini sedang mencoba
memungut semangat hidupnya kembali yang perlahan memudar sejak ayahku tercinta
pergi meninggalkannya untuk selamanya.
Iya
benar-benar sendiri, menanggung semua beban kehidupan, hanya kenangan manis
tentang masa lalu bersama ayah yang kerap datang menemani hari-harinya. Tertawa
bersama anak dan cucu juga menjadi pelipur laranya kala datang masa-masa
kunjungan ingatan masa lalu itu.
Masa
lalu memang bukan untuk dilupakan tapi untuk dikenang dan diceritakan kepada
anak cucu kita sebagai pelajaran hidup kedepannya. Begitu juga dengan ibuku.
Malam ini dia datang menghampiriku, walaupun memang aku yang membujuknya untuk
merebahkan tubuh suburnya di sampingku. Aku memeluknya seperti biasa, dan mulai
bertanya tentang masa lalu, tentang betapa sulut kehidupan masa lalunya.
Sekedar untuk membuatnya merasa kalau dia masih memiliki teman bicara untuk
berbagi keluh kesahnya.
Sisa-sisa
kecantikan masa muda masih terlihat jelas di wajah ibuku yang kini sudah
memasuki usia 53 tahun. Tidak pudar sedikitpun oleh kelelahan dan beban yang
sudah dipikulnya sejak beliau muda dulu.
Wajah
ibu tiba-tiba bersemu merah saat aku menanyakan perihal kisah cintanya dengan
almarhum ayahku. Sambil tersenyum iya berkata “dulu ibumu ini menerima ayahmu
itu karena kasihan melihatnya, tapi lama-kelamaan rasa cinta itu tumbuh dengan sendirinya”
Ayahku
adalah seorang duda beranak tiga yang ditinggal istrinya karena meninggal
dunia. Dia adalah seorang guru bahasa Indonesia di pelosok desa, dia adalah
guru yang sangat terkenal karena kebaikannya.
Kisah
cinta itu dimulai sejak beberapa bulan ibuku ditugaskan menjadi seorang guru di
desa dan sekolah yang sama dengan ayahku. Ibuku datang dari tanah jawa,
merantau ke Kota kelahiranku ini bersama dengan pamannya untuk mencari
pekerjaan yang layak. Ibu adalah lulusan dari PGA (Pendidikan Guru Agama) dan
yang pastinya beliau juga mengajar sebagai seorang guru agama.
Dengan
senyum termanisnya ibu mulai angkat suara
“dulu
tu bapakmu suka nulis surat sama mamak, mungkin karena dia guru bahasa
Indonesia makanya suratnya puitis sekali” ibu mulai membuka ceritanya.
“
emang surat pertama bapak apa isinya mak?”
“kira-kira
kayak gini, mamakpun lupa gak”
Pikiran
ibu jauh terbang ke masa lalu untuk mengingat kembali sepucuk surat cinta
pertama yang dilayangkan ayahku kepadanya. Ibupun tertawa sambil merangkaikan
kata-kata manis itu
Dek sum,
Pertama-tama izinkan aku meminta maaf
atas kelancangan surat ku ini.
Surat ini datang karena kegelisahanku
terhadap perasaanku kepadamu.
Aku tidak bisa menepiskan bayanganmu
dari ingatanku.
Kehadiranmu di hidupku sangat tepat
sekali untuk saat ini.
Kau bagaikan malaikat yang dengan
tiba-tiba datang menawarkan segelas air segar kepada ku yang sedang dalam
keadaan kehausan dan tersesat di padang sahara .
Maukahkau menjadi malaikat untukku dan
menemani hari-hariku sebagai seorang pendamping hidupku?
Aku tunggu balasanmu,
Ramli
“eh
macam lagu himne guru jak mak ada haus-hausnye? Hehehe” kami tertawa
“mau
tau ndak waktu itu mamak balas ape?”
“apelah
mak balas?”
“
gini mak balasnye”
Aku memanglah seorang malaikat, tapi
malaikat malik penjaga pintu neraka
Dan air yang ku bawakan untuk mu adalah
air panas yang berasal dari rebusan api neraka
Sumiati
“hahaha,,,,
kejam mamak ne” kami kembali tertawa.
“tapi
bapak tu tadak jerak-jerak ngirim surat, akhernye mamakpun tak tau gak kenape
mamak ne bisa luluh dengan bapak tu”
“
bapak jagor nulis puisi mak, guru Bahasa” jawabku singkat
Sejak
beberapa surat manis meluncur ke laci meja ibuku itu, mulai timbul perasaan
tertarik, perhatian dan mencari cari bila ayahku tidak ada di tempat. Maka
beberapa minggu kemudian ayahku memberanikan diri untuk datang ke asrama guru
milik ibu dan bertatap muka langsung dengan ibuku.
Mulai
saat itu ibuku menjadi tempat berkeluh kesah ayah dan juga sebaliknya, hingga
bujukan untuk menikah itupun datang.
“ dek sum, semenjak saya ditinggal meninggal
sama ibunye anak-anak hidup saye hampa, anak-anak pun kasian ndak ade yang
ngurus. Mau ke dek sum ne mendampingi saye sampai maut menjemput saye nanti?”
dengan wajah memelas
“kenape
bapak milih saye, bukankah guru dari sebrang pun ade yang bersedia jadi istri
bapak?” ibuku sok menguji ayah.
“
hati saye lebeh srek dengan dek sum, lagi pula anak-anak mauknye saye nikah
same ibu guru mereke” jawab ayahku singkat
“kalau
begitu biarkan saye pikir-pikir lagi”
Proses
pendekatan ibuku ke anak-anak ayah untuk pertama kalinya berlangsung siang ini.
Pada hari libur, beberapa hari setelah ajakan nikah itu. Ibuku diajak ayah
untuk makan siang bersama di rumahnya. Dengan baju rapi dan dandanan seadannya
ibu dijemput ayah dengan menggunakan sepeda. Walaupun saat mereka berlalu
berboncengan suara sekitar sunyi, tapi dalam hati mereka masing-masing
terdengar melodi yang sama, melodi yang mengiringi jalan cinta mereka, melodi
yang membuat rumput-rumput di tepi jalanpun ikut menggoyangkan badan ke kanan
dan ke kiri seiring hembusan angin.
Tiba
di rumah ayah, hidangan sudah tersedia, anak-anak ayahlah yang telah memasaknya
untuk calon ibu baru mereka.
“ayo
masuk ibu” celoteh anak bungsu ayah.
Setelah
berbincang beberapa waktu ibu langsung dihidangkan makanan berat. Nasi putih,
mie telor dengan sambal, dan ikan asin adalah makanan yang paling mewah yang
bisa disajikan oleh ayah untuk calon pendamping baru hidupnya itu.
“ mau
tahu ndak dek, sayok yang di masakan cu kau tu baru pertama kali mak ngerasekan
seumur hidop mak” ceritanya sambil tertawa.
“cemane
rasenye mak?”
“enak
– enak gitu lah” jawab ibuku sambil tertawa. Aku yakin ibuku saat ini sedang
mengingat kembali rasa makanan pertamanya di rumah barunya kelak. Makanan yang
bersejaran dan tidak pernah diduga-duga.
Cinta
memang indah, tiba pada saat yang tidak di duga-duga, tak perduli dengan siapa,
bagaimana bentuk parasnya, dan apa pekerjaannya. Yang dapat melilai hanyalah
hati karena hanya dia yang bekerja untuk menemukan dua insan yang dia
kehendaki.
Ibuku
adalah orang jawa asli, yang menurut para sesepuh jawa jika ingin memilih jodoh
harus melihat tiga hal yaitu bebet, bibit, dan bobot. Aku sendiri kurang paham
dengan tiga istilah sakral itu, tapi yakinlah kalau ibuku hanya memilih pasangan
dengan hatinya. Menjalankan dengan sebaik mungkin pada saat ini tanpa
memikirkan masa lalu dan masa depan secara berlebihan.
Ibuku
tidak memandang paras, walaupun pasti menurut ibu ayah adalah lelaki terganteng
saat itu (karena cinta membuat mata buta), ayah adalah lelaki kurus dengan
kumis tebal di bawah rongga hidung, mirip dengan pak raden, dan juga bertubuh
hitam karena ayahku juga seorang petani ( aku tahu karena aku melihat foto ayah
dan ibu waktu muda).
Ayahku
adalah seorang guru yang pada masa itu gaji guru tidak bisa diandalkan untuk
memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Yakinlah jika ayah dan ibuku dulu masih
sering berhutang ke sana kemari walaupun mereka berdua berprofesi sebagai guru.
Tidak menjanjikan sama sekali untuk bisa hidup enak bersama ayah, tapi ibuku
sekali lagi memilih untuk menjalankan kehidupannya bersama ayah.
Ayah juga merupakan anak dari seorang nelayan
sungai dan seorang dukun beranak di kampung ini. Orang tua yang tidak memiliki
latar pendidikan yang bagus dan juga bukan keturunan darah biru. Tapi kakek dan
nenekku sangat patut berbangga karena memiliki seorang anak seperti ayah.
Ayah
adalah anak satu-satunya di keluarganya yang menempuh pendidikan sampai tamat
SPG dan berhasil menjadi seorang pegawai negri. Dengan usahanya sendiri, ayah
mengerjakan apa saja dan mengikuti siapa saja yang bersedia mengajarinya dan
membantunya untuk sekolah. Ayahku adalah ayah terhebat di muka bumi.
Hingga
suatu hari yang bahagiapun tiba, ayah mengucapkan ikrar sehidup sematinya untuk
yang ke dua kali. Dengan menggunakan kemeja putih rapi, celana hitam licin yang
telah di setrika dengan setrika arang, dan kopiah hitam, ayah mengucapkan janji
suci pernikahan ijab Kabul di depan penghulu. Ibuku bergetar, tanpa orang tua
kandung di sisinya, dia dipinang oleh seorang lelaki yang akan mendampingi
hidupnya hanya dengan mas kawin sebuah al-quran. Pamanku menjadi wali nikah ibu
pada saat itu, mbahku di tanah jawa sana sangat tidak mungkin untuk datang
karena sangat jauh dan transportasipun sangat mahal pada waktu itu. Tapi kabar
gembira itu sudah sampai dengan manis dihadapan mereka melalui sepucuk surat.
Ibuku
tampak sangat cantik dengan menggunakan tutup kepala putih, baju hitam dan rok
hijau. Itu adalah pakaian terbaik yang dimiliki ibuku untuk hari terbaik dalam
hidupnya itu. Wajahnya berseri-seri dengan pipi merah merona saat dibawa ayah
memasuku rumah mereka. Ibu di sambut oleh keluarga baru yang akan mengisi
hari-hari baru ibu. Ibu melangkah pasti bersama ayah untuk membina rumah tangga
yang bahagia dengan bimbingan agama.
@@@ Persembahan
manis sebagai bukti cinta untuk kedua orang tua tercinta, kedua orang tua yang
sangat luar biasa dalam mendidik anak-anaknya, keluarga sederhana, bersahaja,
bukti kisah manis mereka akan melekat diingatan anak cucunya melalaui kisah
ini.@@@
Januari, kau mampir lagi. bersama indahnya kisah sejati yang diukir oleh para pecinta "Habibi dan Ainun". aku mengingat mu januari, betapa manisnya dirimu, betapa lembutnya perhatianmu, ah aku malu. pipiku bersemu saat menatapmu, hatiku berguncang saat merasa kehadiranmu. aku ingin mengukir kisah indah seperti para pecinta di atas januari. mereka yang selalu merasakan perasaan yang sama saat pertama kali berjumpa walaupun rambut putih sudah menutup kepala dan kaki mulai bergetar saat melangkah.
Januari, aku ingin kau yang meraih tanganku saat aku sudah tak mampu berjalan lagi, aku ingin kau yang meremas tanganku saat aku sudah tidak bisa merasakan akapun yang terjadi dengan jari-jemariku, aku juga ingin kau mendampingiku saat hari-hari sudah tak begitu bersahabat denganku.
Aku hanya tak bisa berkata januari, tak bisa berucap, apa lagi untuk menatap. pesonamu membuat gentar hati, jiwa dan fikiranku. semua kosong, semua hampa, seperti buih dilautan, banyak tapi tidak memiliki isi dan hilang sekejap.
Anak
dengan bobot 149 halaman telah lahir di Pontianak dengan selamat, kehadirannya
yang sudah di tunggu-tunggu membuat siapapun yang melihatnya ingin langsung
menyentuhnya. Aku ibu dari bayi itu dengan bercucuran keringat menyaksikan kelahirannya
yang di bantu oleh seorang dukun persalinan yang paling profesional Farninda
Aditya sang penulis ternama.
Senin
11 februari 2013, pada pukul 14.00 WIB anak saya yang saya berinama “Negeri 4
Musim” melihat dunia untuk pertama kalinya, walaupun tanpa busana. Karena pakaian
yang telah dibuatkan oleh Pamannya Pembuat Cover Terpopuler Ibnu Fhani busya
pulang bersamanya ke tanah asalnya untuk sementara.
Akhirnya
setelah selalu mengganggu pekerjaan sang kepala sekolah marsita riandini, saja
sudah berkenalan dengan yang namanya Page Maker dan antek-anteknya dan sekarang
sudah berani bekerja tanpa meneriaki orang lain.
“Anak
saya lahir, anak saya lahir” girangnya saya tinggal menunggu kapan dia akan
dikenalkan pada dunia ^_^. Paman, tante dan seluruh kerabat sudah menantikan
kehadirannya di rumah mereka masing-masing.
Anakku
akhirnya kau bertemu dengan ibumu ^_^ Wellcome Honey